Mengiktisarkan Surat Pendengar dan Memperkenalkan Museum Radio Indonesia

(VOVWORLD) - Sangat gembira bertemu kembali dengan saudara-saudara pendengar dalam acara Kotak Surat Anda. Pada pekan lalu, VOV5 menerima 366 surat dan surel dari para pendengar dari 37 negara dan wilayah, diantaranya ada 35 surat dari para pendengar Indonesia.
Pertanyaan mohon bersurat ke alamat email: indonesia.vov5@gmail.com atau alamat pos: jalan ba trieu, nomor 45, distrik hoan kiem, kota ha noi, vietnam.   

Pada minggu lalu, saudara Eddy Setiawan di Jakarta Timur, Thedja Haryanto dan Rudy Hartono di Kalimantan Barat, Minlin di Jawa Barat, Eko Endri Wiyono di Nganjuk, Jawa Timur dan beberapa pendengar lainnya mengirim laporan pantauan siaran radio kepada kami. Semua laporan memberikan penilaian SINPO baik yaitu 44444, 34443 atau 33333. Akan tetapi, dalam laporan dari saudara Fachri di Pekan Baru ditulis: Perlu saya beritahukan bahwa dalam 1 minggu terakhir (06 s/d 12 Maret 2023) VOV5 Siaran Bahasa Indonesia tidak bisa didengar dan dimonitor  pada frequency 12020 kHz di semua jam Siaran baik siaran I, II, III dan siaran IV. Kami tidak mengetahui apakah ini kesalahan Teknis dari pemancarnya atau memang VOV tidak lagi siaran di frequency tersebut. Kami ingin mengusulkan agar setiap perubahan frequency dan lainnya sebaiknya diberitahukan melalui siaran ataupun melalui website VOV.

Saudara Fachri yang budiman! Saat ini VOV5 Indonesia masih secara rutin menyiarkan empat kali/hari di frekuensi 12020 Khz dan 9840 Khz pada rentang waktu: 17h30-18.00, 20.00-20.30 (WIB), program diupdate pada 21.30-22.00 dan diulangi pada pukul 06.00-06.30 keesokan harinya. Jika ada perubahan tentang waktu siaran, pasti akan kami infokan agar para pendengar bisa update. Seperti biasa, laporan radio Anda telah kami kirimkan ke bagian teknis untuk diperiksa ulang. Jika Anda sekalian melewatkan program radio kami, silahkan kunjungi situs web: www.vovworld.vn untuk mendengarkan lagi. Kami juga berharap menerima laporan gelombang dari pendengar lain di Pekan Baru dan Kawasan sekitarnya sehingga kami tahu bagaimana kualitas gelombang di tempat anda sekalian.

 

Rekaman siaran bhs Indonesia VOV di Museum Radio Indonesia 
(Video diberitakan pak Eko Endri Wiyono)
 

Kami sangat gembira ketika sering menerima laporan radio dari pendengar dengan bentuk rekaman video tentang stasiun Radio yang menyiarkan program bahasa Indonesia VOV. Di antaranya, saudara Eko Endri Wiyono dari Nganjuk telah memposting laporan radio melalui video di sebuah blog bernama: Museum Radio Indonesia. Berbagi tentang platform ini, saudara Eko Endri Wiyono menyatakan bahwa, Museum Radio Indonesia merupakan museum yang dikelola oleh masyarakat secara mandiri yang berkedudukan di Nganjuk Jawa Timur sebagai sarana rekreasi yang bersifat budaya  dan pendidikan. Secara resmi Museum Radio Indonesia sudah melaunching pada tanggal 25 Desember 2021, dengan pengelolaan secara mandiri, termasuk isinya. Di sini mengkoleksi  QSL dari stasiun radio, beragam jenis radio penerima, alat pemutar audio serta cindera mata khas stasiun radio menjadi bagian dari Museum Radio Indonesia.

 Museum Radio Indonesia hadir sebagai bentuk dan rasa penghormatan kepada insan Radio di seluruh duniaKami Museum Radio Indonesia berkeinginan  menjadikan museum sebagai sarana yang edukatif, inovatif, imajinatif, dan dokumentasi. Sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat semoga kehadiran museum mampu menjembatani moderasi beragama, berkarakter, perdamaian  dan berkontribusi aktif dalam memajukan peradapan melalui radio.

Terimakasih atas infonya. Kami berharap ini akan menjadi alamat yang menarik bagi orang-orang yang mempunyai hobi mendengarkan radio.

Mengiktisarkan Surat Pendengar dan Memperkenalkan Museum Radio Indonesia - ảnh 1                      Sulam tangan di daun Bodhi (foto :Koran Rakyat)

 

Pada acara Kotak Surat Anda minggu lalu, kami telah memperkenalkan seni lukis dengan lilin tawon di atas kanvas dari warga etnis Mong. Pada minggu ini, kami akan memperkenalkan kerajinan sulaman yang unik - sulaman di atas daun Bodhi menurut permintaan Farid Hasan di Bekasi.

Menurut konsep Buddhisme, pohon Bodhi merupakan simbol keberuntungan, kedamaian, dan kebahagiaan. Daun Bodhi berbentuk hati, melambangkan cinta dan kasih sayang dari sang Buddha, sehingga sering dibawa oleh banyak orang untuk memohon rejeki. Berasal dari makna tersebut seiring dengan keinginan untuk melestarikan sulaman tangan tradisional bumi Thai Binh, Ibu Quan Thi Cuc ( Hoang Mai, Hanoi) mengembangkan teknik sulaman tangan pada daun Bodhi.

Sulaman pada daun memang tidak sederhana, terlalu kuat menekan akan menyebabkan tulang daun sobek, sehingga perlu ketelitian dan teknik yang terampil dari pengrajinnya. Satu pekerjaan yang sederhana saja membutuhkan waktu setidaknya satu hari, yang lebih kompleks membutuhkan waktu 2-4 minggu untuk menyelesaikannya. Tema utama dalam karya tersebut adalah kaligrafi, motif bunga, maskot feng shui seperti teratai, ikan, bangau pinus, naga, burung phoenix, atau pemandangan indah, sehingga setiap karya memiliki harga mulai dari 400.000 VND hingga beberapa juta dong. Karya sulaman pada pokoknya digunakan sebagai suvenir untuk konsumsi dalam negeri, dan juga diekspor ke Jepang dan Amerika Serikat.

Saudara Farid Hasan budiman! Menyulam gambar pada daun Bodhi adalah cara kreatif untuk memperbarui sulaman tangan tradisional di Vietnam. Apakah ada seni serupa di Indonesia? Kami menantikan sharing Anda dan pendengar lainnya.

Komentar

Yang lain